shutterstock
Survei yang dilakukan Litbang Kompas terhadap 804 responden, juga mengungkap faktor kemudahan akses menuju tempat kerja atau sekolah sebagai imaji tempat tinggal sempurna. Ada pula responden yang menyebut lingkungan sosial berkualitas (tetangga yang rumah dan gotong royong yang kental) sebagai syarat rumah idaman.
Gambaran tersebut ternyata tidak sebatas impian. Enam dari sepuluh responden yang tinggal di 12 kota besar yang disurvei menyatakan, rumah mereka sudah sesuai dengan gambaran ideal. Sesuai idaman atau tidak, 83,6 persen responden merasa puas dengan kondisi rumah yang dimiliki. Sebagian besar rumah responden memiliki cukup tumbuhan, berdekatan dengan tempat kerja, sekolah anak, juga dengan prasarana umum, seperti pasar, terminal, atau stasiun.
Pembiayaan
Sebagian besar responden yang merupakan masyarakat perkotaan itu lebih menyukai membeli tunai (65,9 persen), baik pelunasan langsung maupun tunai bertahap dalam jangka waktu tertentu. Bagi yang tidak memiliki cukup dana, membeli hunian lewat fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen juga menjadi pilihan. Tingkat suku bunga KPR yang berangsur turun menjadi daya tarik bagi konsumen.
KPR dan meningkatnya suplai rumah oleh pengembang membuat responden lebih memilih membeli rumah baru ketimbang rumah bekas. Hunian anyar membeli ruang lebih luas kepada pemilik untuk berimprovisasi ketimbang rumah lama yang membutuhkan biaya renovasi.
Responden pun umumnya mengakui, bahwa pengembang cukup membantu dalam prows pemilihan maupun dalam hal pengurusan kredit rumah. Kredit yang dikucurkan perbankan untuk keperluan konsumsi hunian pun meningkat cukup pesat.
Keamanan dan investasi
Faktor keamanan rumah menjadi perhatian, baik dari tindak kriminal maupun dari bencana alam termasuk banjir. Oleh sebab itu, upaya pengamanan dilakukan responden demi rumah mereka. Upaya tersebut mulai dari yang sederhana dan murah, seperti memasang teralis dan memelihara hewan penjaga, hingga berteknologi tinggi dan berbiaya mahal, seperti memasang kamera pemantau (CCTV).
Sayangnya, sebagian besar responden belum memiliki kesadaran berasuransi untuk melindungi rumah dari kerugian besar jika terjadi kebakaran. Hanya 24 persen responden mengaku mengasuransikan rumahnya.
Karena nilai rumah yang tinggi, rumah juga dipandang sebagai bentuk investasi yang menguntungkan. Keterbatasan lahan yang sulit mengimbangi permintaan menyebabkan harga rumah terns naik. Enam dari sepuluh responden merencanakan membeli rumah lagi di masa mendatang jika memiliki dana lebih. Jika dibandingkan menurut jenis properti, membeli rumah dinilai lebih menggiurkan ketimbang investasi tanah kosong, rumah toko, apartemen, ataupun rumah susun.
Pertambahan penduduk yang berarti kenaikan kebutuhan akan pagan dan keperluan investasi mendorong permintaan terhadap rumah terus meningkat. Bank Indonesia mencatat, penjualan properti residensial di 14 kota besar di Indonesia pada triwulan IV tahun 2011 meningkat 26,9 persen untuk rumah tipe besar dan 22 persen untuk rumah jenis kecil.
menjadi developerproperty