Ibarat gadis cantik, wilayah Bandung tengah mekar-mekarnya menebar pesona. Terlebih setelah jalur bebas hambatan Cipularang beroperasi yang menghubungkan Jakarta-Bandung hanya dalam hitungan 2 jam, banyak pengembang kakap kemudian terpincut kemolekannya.
Bukan sembarang pengembang, melainkan mereka yang selama ini menjadi penguasa pasarproperti Indonesia. Sebut saja, Ciputra Group, Agung Podomoro Group, Lippo Group, dan terbaru PT Summarecon Agung Tbk.
Menurut Sekretaris DPD REI Jawa Barat, Lia H Nastiti, pasar properti Bandung tumbuh pesat setelah krisis finansial global 2008. Pertumbuhan terjadi di semua subsektor, baik perumahan, apartemen strata, perhotelan, pusat belanja, dan perkantoran."Khusus perumahan, konsentrasi pembangunan tidak lagi terjadi di pusat kota, tetapi sudah tersebar merata ke seantero Bandung, khususnya kawasan Bandung Timur," tutur Lia, kepadaKompas.com, Sabtu (6/9/2014).
Kebutuhan perumahan, ungkap Lia, terus tumbuh seiring meningkatnya
daya beli masyarakat Bandung. Rumah-rumah kelas menengah terserap habis dan menyisakan back logsekitar 10.000 unit per tahun. Tingginya kebutuhan hunian itulah yang mendorong PT Summarecon Agung Tbk ikut menggarap Bandung sebagai wilayah ekspansi bisnisnya. Tahun depan, perusahaan dengan kapitalisasi pasar Rp 17,7 triliun per Minggu (7/9/2014) ini akan memulai proyek skala township-nya seluas 300 hektar.
daya beli masyarakat Bandung. Rumah-rumah kelas menengah terserap habis dan menyisakan back logsekitar 10.000 unit per tahun. Tingginya kebutuhan hunian itulah yang mendorong PT Summarecon Agung Tbk ikut menggarap Bandung sebagai wilayah ekspansi bisnisnya. Tahun depan, perusahaan dengan kapitalisasi pasar Rp 17,7 triliun per Minggu (7/9/2014) ini akan memulai proyek skala township-nya seluas 300 hektar.
Sementara Agung Podomoro Group, melalui PT Agung Podomoro Land Tbk memiliki cadangan lahan seluas 27 hektar yang akan mereka manfaatkan sebagai pengembangan masa depan perseroan (future development).
Investor Relation PT Agung Podomoro Tbk., Wibisono, mengungkapkan, sebelumnya perseroan telah memiliki portofolio Festival Citylink. Saat ini tengah dikerjakan Parahyangan Residences, dan Bandung City Center yang mencakup hotel Pullman dan Ibis Style serta pusat konvensi.
"Kami akan mengoperasikan Pullman Hotel dan Ibis Style Hotel sebanyak 500 kamar pada 2016 mendatang. Saat ini masih dalam tahap konstruksi. Sementara untuk cadangan lahan lainnya, untuk saat ini belum cocok dijadikan high rise. Lebih cocok untuk landed," kata Wibisono, Minggu (7/9/2014).
Proyek-proyek tersebut akan menggenapi proyek properti yang sedang dikerjakan saat ini. Dalam catatan Kompas.com, hingga Juli 2014, terdapat 32 proyek apartemen dan 20 proyek hotel masuk dalam kategori tahap konstruksi. Seluruh proyek tersebut direncanakan masuk pasar dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Ketua DPD PHRI Jawa Barat, Herman Muchtar, berpendapat, Bandung terus diincar karena daya beli masyarakatnya semakin menguat. Hal ini lantaran, pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir selalu positif di atas 8 persen (untuk kota Bandung) atau di atas rerata pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara pertumbuhan ekonomi kabupaten Bandung mencapai di atas 5 persen per tahun.
"Terbukti jumlah pembangunan hotel terus marak. Ini karena pasarnya ada. Pendapatan hotel tak hanya dari tamu yang menginap, namun juga bisnismeeting, incentives, convention and exhibition (MICE)," ujar Herman.
Tumbuh positif
Survei properti komersial Bank Indonesia (BI) menunjukkan kinerja positif untuk subsektor hotel. TPK secara rerata pada kuartal II 2014 tercatat sebesar 80,01 persen lebih tinggi dibandingkan 79,18 persen pada periode yang sama tahun 2013.
Sedangkan angka rerata lama tamu menginap (length of stay) baik tamu asing maupun domestik selama 1,62 hari.Hotel-hotel baru yang dikembangkan tahun ini seperti Pullman, Ibis Style, dan Dafam akan menambah pasokan kamar kumulatif di Bandung yang hingga kuartal II 2014 tercatat sebanyak 7.377 kamar. Jumlah kamar tersebut meningkat 0,55 persen secara triwulanan atau 0,55 persen tahunan.
Peningkatan pasokan pada periode tersebut berasal dari pengembangan hotel budgetseperti Fave Hotel Pasir Kaliki dan Hotel Zodiak. Sementara untuk hotel berbintang, terdapat beberapa proyek yang tengah dikembangkan saat ini, sebut saja D'Green Pasteur dan Hotel Royal Tulip.
Bandung juga diketahui mencapai kinerja positif untuk tarif kamar hotel. Kenaikan tarif rerata tumbuh sebesar 3,26 persen secara triwulanan dan 39,08 persen secara tahunan.
Sementara untuk subsektor apartemen, meski pasokan mengalami stagnasi sejak tahun 2012 yakni bergeming pada angka 21.955 unit, penjualan tetap tumbuh yakni 0,90 persen secara triwulanan dan 5,31 persen secara tahunan.
Pertumbuhan juga terjadi pada harga jual yang melonjak sebesar 9,10 persen dalam tiga bulan, dan 17,9 persen secara tahunan.
*Sumber : KOMPAS.Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar