Jumat, 16 Agustus 2013

Bahasa yang Perlu Dipahami Para Pebisnis dan Marketer


Setiap hari kita berbicara dengan bahasa-bahasa, ada bahasa verbal (bahasa
lisan dan bahasa tulisan), sampai dengan bahasa tubuh. Konon kabarnya,
ketika kita berkomunikasi, bahasa tubuh menyampaikan pesan yang “lebih
jujur” daripada bahasa-bahasa verbal. Bahkan ada yang menyebutkan
bahasa-bahasa tubuh yang sepertinya “tidak disadari” itu, menyampaikan
pesan hingga 70%, lebih banyak dari bahasa verbal yang diucapkan.

Contoh kecil bahasa tubuh adalah misalnya ketika anda berbicara dengan
seseorang, lalu ia meletakkan kedua tangannya di atas meja dan duduknya
condong ke arah anda, maka ia merasa nyaman dengan perbincangan itu. Tetapi
kalau dia selalu melihat jam tangan, maka bisa jadi ia ingin bilang, “saya
ingin segera pergi”.

Bahasa Visual yang Perlu Dipahami

Dalam dunia marketing, ada satu bahasa lagi yang perlu diperhatikan oleh
para pebisnis dan marketer, yaitu bahasa visual. Bahasa ini bisa jadi salah
satu bahasa terdepan yang kita gunakan ketika menyampaikan pesan ke calon
konsumen atau calon klien. Sayangnya, sebagian besar pebisnis dan marketer
tidak menyadari tentang fungsi pentingnya bahasa ini. Padahal bahasa inilah
yang digunakan untuk “bercakap-cakap” antara produk/jasa kita dengan
konsumennya.

Sebagian bahasa ini bisa menyampaikan pesan secara langsung dan sebagian
lagi bahkan masuk ke alam bawah sadar calon konsumen atau calon klien kita.
Beberapa bahasa visual bisa diperlihatkan saat kita memilih warna, bentuk,
jenis huruf, tipe lay out sampai dengan ilustrasi yang digunakan dalam
sebuah identitas atau material promosi kita.

Bagi yang tidak mengerti, mereka menganggap bahwa bahasa-bahasa visual itu
tidak ada atau mungkin tidak diperlukan. Namun bagi mereka yang mengerti,
bahasa-bahasa visual itu mereka gunakan semaksimal mungkin untuk
meningkatkan performa marketing dari produk/jasa mereka. Sebagai contoh,
dua brosur yang menyampaikan pesan yang sama, tetapi di desain secara
berbeda. Brosur satu hanya didesain sekedar ada, tak memperhatikan
bahasa-bahasa visual ini, sementara brosur kedua sangat memperhatikannya.
Pada brosur kedua, pemilihan warna, bentuk, jenis font, tipe lay out sampai
dengan ilustrasi dibuat dengan sangat hati-hati. Akibatnya brosur kedua
lebih bisa menyampaikan pesan dengan maksimal daripada brosur satu.
Tentunya, ujung-ujungnya bisa meningkatkan penjualan.

Penerapan Bahasa Visual

Beberapa contoh penerapan bahasa visual ini misalnya, kita menggunakan
warna merah untuk membangkitkan selera makan. Warna kuning biasa digunakan
untuk menunjukkan keceriaan. Sementara itu warna hijau digunakan untuk
memperlihatkan kesegaran. Bentuk bersudut digunakan untuk menunjukkan
ketegasan sementara bentuk lingkaran atau lengkungan digunakan untuk
menunjukkan flesibilitas. Jenis font tak berkaki biasa digunakan untuk
memperlihatkan suasana modernitas, sementara font berkaki bisa digunakan
untuk menunjukkan suasana forrmalitas. Kita juga bisa melihat tipe lay out
yang serba simetris secara positif diartikan sebagai sesuatu yang kokoh
tetapi sisi negatifnya ia bisa terkesan kaku. Penerapan-penerapan ini bisa
digunakan pada logo, stationary, brosur, company profile, kemasan produk,
poster, dll.

Penggunaan banyak tipe font mungkin cukup cocok untuk desain bagi
anak-anak/remaja, untuk poster aktivitas mereka misalnya. Tetapi
menggunakan terlalu banyak font pada media promosi bagi kalangan menengah
atas atau mereka yang sudah mature sangat tidak direkomendasikan, sebab hal
itu justru menimbulkan kesan “norak” atau kampungan, kurang elegan dan
tidak prestise. Desain minimalis mungkin tak dimengerti oleh mereka di
kalangan bawah, sementara ia menjadi kebutuhan bagi kalangan atas yang
hidupnya sudah dipenuhi aktivitas dan memiliki waktu terbatas.

Bahasa Visual agar Produk/Jasa Kita Menjadi Relevan

Para pebisnis dan marketer harus paham bahasa visual ini agar pesan-pesan
yang mereka sampaikan dalam identitas dan marketing tools perusahaan/brand
produk/jasa mereka menjadi relevan dengan pasar yang dituju. Hal ini
penting agar mereka “merasa relevan” dengan produk/jasa kita. Relevansi ini
adalah awal untuk menciptakan koneksivitas antara pasar dengan produk/jasa
kita. Setelah koneksi terjadi, kita bisa mulai meyakinkan mereka untuk
menggunakan produk/jasa kita. Lebih jauh lagi, bahasa-bahasa visual ini
bisa membantu konsumen kita terikat secara emosional dan menciptakan
loyalitas bagi produk/jasa kita. Dan bagian paling ujungnya adalah
produk/jasa kita menjadi bagian penting bagi hidup konsumen/klien kita.

Sebagian mereka yang belum paham mungkin mengingkari adanya bahasa visual
ini. Tapi kadang mereka tak bisa mengerti, kenapa mereka sampai membeli
sebuah produk dengan kemasan yang menurut mereka menarik padahal secara
konten produk “biasa saja”. Mereka juga (bisa jadi) sulit menjelaskan
kenapa mereka membeli sebuah produk dengan desain yang spesial, entah itu
HP, gadget, sampai yang kecil-kecil seperti pulpen, mouse, sampai dengan
cangkir mungkin. Hanya karena mereka “suka” dengan bentuknya.

Bahasa-bahasa visual ini sebenarnya sudah menyatu dengan kehidupan kita,
hanya saja sebagiannya tidak menyadari atau tidak mendefinisikan. Bagi
konsumen ini mungkin tidak terlalu penting, tetapi “wajib” dipahami bagi
para pebisnis dan marketer agar mereka bisa “menjangkau” konsumen secara
lebih baik.

Kita mungkin tak perlu mengerti secara detil, tetapi setidaknya kita paham
bahwa bahasa-bahasa visual ini ada dan signifikan mempengaruhi pemasaran
produk/jasa kita. Untuk eksekusinya, kita bisa memilih agensi komunikasi
visual sesuai dengan kriteria yang kita inginkan. Tentunya mereka yang
sudah berpengalaman cukup lama di bidang ini agar hasil yang diberikan jauh
lebih maksimal.


artikel terkait : konsep diri rahasia penjualan

*Hendro Tri Rachmadi*
www.SimpleStudioOnl ine.com

ATM Property http://adf.ly/PYeqK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar