Rabu, 09 April 2014

Bisnis Broker Properti Makin Seksi


Omzet Meningkat
 
Industri agen properti belakangan makin marak, seiring dengan pertumbuhan bisnis properti yang terus meningkat. Hal ini ditandai dengan munculnya sejumlah agen properti baru baik berbendera lokal maupun internasional.
Gaya hidup dan perilaku masyarakat modern yang selalu sibuk dengan segala macam aktifitas sehari-hari, membuat mereka tidak banyak waktu luang. Termasuk dalam hal memasarkan atau mencari properti yang diinginkan. Belum lagi untuk menelusuri legalitas properti agar clean dan clear, tentu tidak mudah melakukannya. Masyarakat saat ini membutuhkan jasa agen properti yang mampu melakukan hal tersebut.
Tingginya kebutuhan terhadap jasa agen properti, membuat pertumbuhan industri ini berkembang
pesat. Sejak beberapa tahun lalu, tak sedikit perusahaan agen properti yang menggarap peluang bisnis ini. Tidak hanya diramaikan dari dalam negeri, namun juga perusahaan agen properti berbendera asing, sebut saja yang tergolong besar seperti Century 21, ERA Indonesia, Ray White, LJ Hooker dan sejumlah bendera lainnya.
Dari waktu ke waktu, perusahaan agen properti yang ikut meramaikan bisnis ini terus bertambah. Beberapa waktu lalu, perusahaan agen real estat terbesar kedua di Amerika Serikat yang berpusat di Austin, Texas, Keller Williams Realty (KWR) secara resmi masuk ke Indonesia. Di Indonesia, KWR menunjuk Tony Eddy sebagai Presiden Keller Williams Indonesia.
Masih dari negeri Paman Sam, melengkapi kehadirannya di 97 negara, RE/MAX juga memastikan hadir di Indonesia. PT Signature Properties sebagai pemegang master franchise RE/MAX, menargetkan pembukaan kantor sebanyak 25 buah dalam tahun pertama dan dalam 5 tahun ke depan akan hadir di  kota-kota utama di Indonesia melalui kemitraan usaha berbentuk franchising dengan begitu banyak benefit didalamnya.
Sementara yang paling anyar, agen properti PRO/MAX yang langsung menggebrak dengan 33 kantor franchise. Saat ini, sudah tersebar di Jakarta, Serpong, Cikarang, Bandung, Semarang, Surabaya, Lampung, Batam dan Medan. Pihak PRO/MAX bahkan optimis akan memiliki 50 kantor hingga akhir tahun 2014.
Menariknya, PRO/MAX hadir dengan pendekatan Bottom to Top bukan sebaliknya yang lazim digunakan oleh lebih dari 90% kantor broker di Indonesia. Dengan menerapkan system sponsoring, setiap agent PRO/MAX bukan hanya bekerja secara do the business tetapi setingkat lebih advance yaitu dengan build the business. Setiap agent diberdayakan untuk mengembangkan bisnisnya dengan mensponsori agent-agent baru sehingga para agent mempunyai mindset entrepreneurship.
Para agent mendapatkan dua sumber income yang berbeda, pertama, mereka mendapatkan split komisi sampai dengan 90% dan kedua, mereka mendapatkan passive income yaitu sponsoring fee sampai dengan 10% dari setiap agent baru yang disponsorinya yang dapat diwariskan.
”Industri broker properti membutuhkan terobosan baru dimana para agen yang sukses diberikan ruang tanpa batas untuk terus bertumbuh dan mengembangkan bisnisnya,” ujar Tirta Setiawan, Chairman PRO/MAX Indonesia saat peluncuran perdana beberapa waktu lalu.
Kehadiran agen-agen properti baru tentu akan menambah sengitnya persaingan industri jasa jual beli dan sewa properti tersebut. Apalagi, mereka yang berada dibalik berdirinya bendera baru agen properti itu, adalah wajah-wajah lama yang pastinya sudah menguasai seluk beluk bisnis ini. Ini akan menjadi tantangan bagi agen-agen properti, khususnya berbendera asing yang sudah beroperasi lebih dulu.
Hingga saat ini, agen-agen properti yang sudah lebih dulu menjalankan bisnisnya di Indonesia seperti Century 21, Ray White maupun ERA Indonesia masih menguasai pasar industri agen properti. Hal ini terlihat dari omzet yang berhasil dibukukan sepanjang tahun 2013 lalu dan jumlah kantor yang terus bertambah.
Hendry Tamzel, Country Director Century 21 Indonesia dan Associate Director Ciputra Group mengatakan, dibandingkan tahun 2012, omset transaksi yang diraih Century 21 Indonesia di tahun 2013 tumbuh sebesar 30%. Sementara tahun ini, Century 21 Indonesia menargetkan pertumbuhan omset transaksi sebesar 20%.
“Century 21 Indonesia saat ini menguasai market share sekitar 35%, dari total transaksi yang dilakukan perusahaan agen properti di Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp40 triliun. Dan saat ini, Century 21 Indonesia memiliki 100 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Di tahun 2014, ditargetkan akan menambah 30 kantor cabang baru,” ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) ini.
Tahun 2013 lalu, Century 21 Indonesia banyak melakukan transaksi di pasar sekunder yakni sebesar 71%, sementara di pasar primer sebesar 29%. Sedangkan jenis properti yang paling banyak ditransaksikan adalah rumah.  Lainnya adalah ruko, apartemen, tanah, dan gudang.  Untuk wilayah, paling banyak ditransaksikan di Jakarta Barat yakni 32%, lalu Botabek luar jawa 23%, dan Jakarta Utara 21%. Sementara Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur  masing-masing 8%.
Begitupun dengan Ray White. Sepanjang tahun 2013 lalu Ray White mengalami peningkatan penjualan sebesar 25% dibandingkan dengan tahun 2012. Saat ini 150 kantor Ray White dan lebih dari 3,000 Marketing Executive tersebar di 20 kota besar di Indonesia. “Rencana kami akan mengembangkan total 200 kantor sampai dengan tahun 2017,” kata Sari Dewi, COO Ray White Indonesia.
Boyke Johann Nurtanio selaku CEO Ray White Indonesia menjelaskan, pencapaian yang sangat baik pada tahun 2013 lalu itu karena didukung makro ekonomi Indonesia yang terus membaik. Pencapaian tersebut tentunya berkat dukungan konsumen Ray White yang loyal menggunakan jasa Ray White serta kerja keras dan semangat tinggi untuk mencapai sukses dari seluruh jajaran marketing dan manajemen Ray White Group di Indonesia dan didukung makro ekonomi Indonesia yang terus membaik.
Tak beda dengan agen properti lainnya, ERA Indonesia juga mengungkapkan demikian. Sepanjang tahun 2013 Era Indonesia terus berekspansi dan memperluas jaringannya baik di wilayah Jabodetabek maupun kota-kota besar lainnya. Seperti Surabaya dan Banjarmasin.
Selain puluhan broker properti berbendera impor, masih ratusan lagi para broker properti yang bernaung dibawah bendera properti lokal. Baik memiliki ijin usaha maupun yang beroperasi tanpa ijin. Setidaknya ini membuktikan bisnis ini memang masih seksi dan menarik. Ke depan, kualitas agen properti juga harus ditingkatkan. Masuknya indonesia dalam era bebas ekonomi harus diiringi mutu para broker kita agar tak tergilas oleh para broker pendatang dari luar.


Sumber Berita: www.swarakalibata.com

indexproperty.webs.com/