Potensi pasar broker properti di Indonesia baru tergarap sekitar 20-25%.
Potensi bisnis yang besar selalu diperebutkan oleh banyak pemain. Begitulah gambaran di bisnis broker properti. Diperkirakan, pemainnya berjumlah ratusan bahkan ribuan yang terbagi ke dalam dua kategori; brokerage modern dan brokerage tradisional. Sedangkan yang modern jumlahnya puluhan. Sebut saja sebagai contoh, ERA, Ray White, Century21, Coldwell Banker dan LJ Hooker.
Meski pemainnya terbilang cukup banyak dan persaingannya cukup ketat, industri ini menyimpan potensi bisnis yang sangat besar. Data Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) menyebutkan, tahun lalu, pasar broker properti yang sudah diserap baru berkisar 20-25%. Dari angka tersebut, nilainya mencapai Rp. 75 trilin. Berarti, ada sekitar 75% potensi pasar di industri ini yang belum tergarap oleh para pemainnya. Dengan demikian, perkembangan bisnis broker properti ke depan bisa dibialng sangat menjanjikan. “Besar sekali (potensinya—red). Masih ada 75% yang belum bisa kita serap. Itu karena, satu, masih banyaknya tradisional broker yang berkeliaran di lapangan. Kedua, masih banyaknya pemilik rumah yang ingin menjual rumahnya sendiri. Ketiga, masih banyak developer yang ingin jual sendiri,” kata Darmadi Darmawangsa, Marketing Director ERA Indonesia
Dia juga menjelaskan, ke depan tren bisnis ini akan berkembang seperti supermarket. Alasannya, masyarakat makin sibuk sehingga usaha untuk menyebarkan informasi semakin sempit. Dengan demikian, orang akan menitipkan penjualan atau pembeliannya ke perusahaan brokerage. “Makin lama masyarakat makin sibuk, sehingga untuk menyebarfkan informasi tidak semudah dulu. Jadi, kita (broker properti) akan seperti supermarket. Orang menitipkan ke kita,” kara Darmadi.
Bisnis broker properti pun dinilai Aan Andriani, Franchise Service Director ERA Indonesia kebal terhadap resesi. Hal itu telah dibuktikan pada masa krisis 1998. Saat itu, katanya, banyak orang yang ingin menjual murah rumahnya, dan saat itu juga selalu ada orang yang mau menangkap peluang itu. Apalagi, properti merupakan kebutuhan primer. “Ini bisnis kebal resesi. Saat bagus, orang mau beli properti. Saat susah, ada orang yang mau jual properti butuh broker. Saat krisis hebat, banyak orang mau jual murah properti. Dan ada saja orang yang menangkap peluang itu. Kapan pun bisnis ini bagus dan hidup,” tuturnya.
Tetapi, meskipun bisnis ini menyajikan “kue” yang sangat besar, bukan berarti mudah untuk dimasuki dan berpeluang bagi siapa saja. Menurut Darmadi, bisnis ini, harus diselenggarakan oleh orang (investor) yang benar-benar memiliki kerinduan terhadap pekerjaannya. Sebab, bisnis ini butuh kesabaran. “Anda mesti suka kalau mau bergabung di bisnis ini.Anda juga mesti tahu bahwa ini bisnis butuh nafas. Orang yang tahu bisnis ini, tahu kalau jual rumah itu butuh proses waktu 3–6 bulan,” paparnya.
Hal yang sama juga dikemukakan Handoko Wignyowargo, pengamat franchise dari Maestro. Menurutnya, bisnis broker property bukan bisnis yang mudah untuk dilakukan. Sukses para broker adalah hasil dari kompetensi yang dimilikinya dan kerja keras dan cerdas yang dilakukannya. Kedua, Aset utama dalam bisnis ini adalah sumberdaya manusia. Modal memang dibutuhkan tetapi hanya bersifat sebagai pendukung dari sumberdaya manusia yang ada. Dan ketiga, bahwa bisnis ini sampai batas tertentu harus ditangani secara langsung oleh pemiliknya.
Handoko mengakui, potensi bisnis ini cukup menjanjikan bagi para investornya. Tetapi, dia menyarankan, para investor yang membeli hal waralaba dari pemain atau perusahaan franchise broker properti perlu memahami secara mendalam karakter bisnis ini, tidak hanya sekadar berdasarkan janji franchisor.
Peluang di bisnis ini,. Tanda Handoko sangat terutama karena masih banyak peluang yang belum tergarap. Misalnya, di pasar sekunder masih banyak penjualan dilakukan langsung oleh pemiliknya. Kemudian, bisnisbroker property terutama yang modern sampai masa saat ini baru beroperasi di kota-kota besar sehingga kesempatan untuk masuk kota-kota menengah dan kota-kota kecil masih terbuka. Selain itu, di pasar primer telah muncul kepercayaan diantar pengembang untuk mempercayakan penjualan property mereka ke tangan broker property.
Shorten with adf.ly!
Shorten with adf.ly!
Razak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar